Sebenarnya hal yang akan saya sampaikan kali ini kepada para pembaca semua sudah saya niatkan akhir tahun lalu, namun karena padatnya waktu yang saya lalui, akhirnya sayapun bisa mengisi kekosongan dari entri / postingan bulan ini. Kali ini saya akan membahas sedikit apa yang saya lihat ketika saya pulang kampung halaman "bumi Sumekar".
Ketika kali pertama anda memasuki pintu gerbang kota Sumenep, pastilah anda akan disuguhi beberapa taman yang menarik yang ada di sisi kanan dan kiri median jalan (biasanya disebut turus jalan), ya taman ini milik beberapa SKDP dan beberapa perusahaan pihak swasta yang tersebar di wilayah Sumenep. Taman ini sejatinya, untuk mempercantik kota, dan konon katanya, agar piala adipura tetap menjadi milik masyarakat Sumenep kembali. Dan memang beberapa tahun terakhir Sumenep sudah mengoleksi piala tersebut untuk yang ke-5 kalinya.
Terlepas dari alasan itu, namun ada hal yang patut kiranya kita perhatikan, yaitu masalah kualitas bahan bangunan untuk pengadaan proyek taman tersebut. Banyak pengerjaan taman yang sebenarnya cukup asal-asalan, misalnya saja, acian yang digunakan hingga pemilihan jenis tanaman yang ditanam. Selain dari permasalahan dari bahan-bahan yang digunakan, desain tamannya sebenarnya menarik, namun saja, penempatannya tidak tepat. Maklum, kurangnya pengetahuan dari sang owner membuat taman ini hanya dibuat untuk dinikmati sesaat. Padahal lebih dari itu, biaya untuk pembangunan ini tidaklah sedikit.
Seharusnya penanaman turus jalan ini juga memperhatikan pedoman yang telah dikeluarkan oleh Mentri Kehutanan tahun 2004 silam. Selengkapnya bisa dilihat di : www.dephut.go.id/files/l1_7_p03_04.pdf
Hal pertama yang saya tekankan adalah pemilihan desain taman yang kurang sempurna. Sebenarnya taman-taman yang dihadirkan di sepanjang Jalan Raya Sumenep-Pamekasan Km Patean tsb, adalah taman-taman yang seharusnya menghiasi halaman-halaman rumah kita serta area taman publik lainnya.
Untuk desain taman jalan seharusnya dibuat lebih formal, unik, hijau, serta rindang tanpa menggangu pengendara di Jalan raya. Sebab, seperti yang telah kita ketahui semua, jalur tersebut merupakan jalur utama masuk ke wilayah kota, jika desain tamannya begitu beragam, dikhawatirkan akan mengganggu konsentrasi pengguna jalan, terutama pengguna roda 2.
Hal kedua, adalah kualiatas bahan yang digunakan, seperti yang saya temukan dilapangan, bahan-bahan yang digunakan sepertinya tidak sesuai dengan bestek, begitu asal-asalan.
Dan lihatlah, belum genap satu tahun, banyak kondisi taman yang hancur disebabkan oleh beberapa hal, semisal rumput liar yang begitu suburnya tumbuh di batu-batu yang telah disusun, sehingga, memaksa stuktur dari pembatas taman hancur. Hal lain, hancurnya pembatas-pembatas taman tersebut dikarenakan oleh getaran kendaraan-kendaraan berat yang melintasi jalan tersebut.
Seharusnya untuk kasus yang satu ini, pembatas taman yang digunakan seharusnya adalah Kansteen, selain itu acian antara semen dan pasir haruslah sesuai bestek yang ada.
Hal yang perlu diperhatikan selanjutnya tentunya adalah jenis tanaman. Sebaiknya tanaman yang ditanam tidaklah terlalu sulit perawatannya. Misalnya, Sansiviera, atau lidah buaya, yang menurut beberapa peneliti tanaman jenis ini bisa menyerap polusi udara. Selain itu, tanaman-tanaman peredu juga begitu penting agar para pengendara dapat terlindungi ketika cuaca dalam keadaan cerah.
seharusnya bata pembatas menggunakan kansteen,
kualitas batanya lebih kuat dan jenis tanamannya lebih cocok
ditanam di halaman rumah, kator, atau taman kota :)
lihatlah, belum genap setahun sudah hancur, eman duitnya :p
hanya sebatas seremonial belaka, saya yakin ketika beberapa bulan
kedepan ada penilaian adipura akan diperbaiki dan dipercantik lagi :|
Semoga, tulisan ini bisa menyadarkan para pejabat pemkab yang bersangkutan, dan tentunya bisa menambah informasi pembaca sekalian.
Lokasi:
See on Google Map
Leave a respond
Posting Komentar