Mencari jejak pertahanan kolonial pemerintah Hindia-Belanda di Sumenep











Liburan hari raya beberapa waktu yang lalu sepertinya mengasyikkan bagi saya dan juga teman-teman satu komunitas "Songengennep Tempo Doeloe". Betapa tidak apa yang kami rencanakan sebelumnya yaitu mencari jejak-jejak peninggalan Sejarah di beberapa wilayah di ujung timur Madura ini menjadi kenyataan.

Kali ini kurang lebih ada 3 tempat yang akan kita telusuri untuk mencari jejak-jejak sejarah yang tercecer di belahan bumi sumekar ini, antara lain : Kawasan Kalianget, Kota Lama Sumenep dan Kompleks Pemakaman Asta Tinggi. Namun seiring berkembangnya informasi dari kawan-kawan komunitas, dan didorong oleh keinginan teman-teman anggota untuk menulusuri tempat - tempat bersejarah lainnya di Sumenep, pemandiaan / taman sari keraton milik tokoh melegenda "Joko Tole" menjadi daftar tujuan panjang kami selanjutnya.

Namun untuk kali ini, saya akan posting terlebih dahulu perjalanan kami dalam menapaki jejak-jejak peninggalan bangunan pertahanan milik pemerintah kolonial Hindia Belanda" di perairan Kalianget (selat madura) masa silam

Menelusuri daerah Kalianget sepertinya tak ada kata bosan bagi saya pribadi, bukan tanpa sebab, saya sebagai putra daerah yang mengenyam di pendidikan arsitektur paling tidak, tahu sedikit banyak tentang perkembangan arsitektur yang terjadi di daerah ini merasa bangga, kagum, dan sesakali dibuat terheran-heran tentang bangunan-bangunan yang sudah berusia ratusan tahun tersebut.

Jejeran rumah berarsitektur khas kolonial akan mudah kita temui dari daerah Marengan hingga menuju pelabuhan Kalianget, namun sayang yang membuat para penikmat bangunan bersejarah miris dan prihatin adalah melihat beberapa kondisi rumah yang sudah hampir ambruk, berubah desainnya hingga mungkin untuk mencukupi kebutuhan hidupnya rumah ini berubah menjadi rumah burung walet. Padahal menurut saya jika para pemilik-pemiliknya sadar, hal tersebut masih mempunyai nilai plus untuk dikembangkan sebagai bagian dari pengembangan wisata kota tua yang beberapa tahun lalu sempat di gembar-gemborkan pemerintah daerah.

Meluncur dari arah kota dengan sepeda motor butut yang saya kendarai bersama empat orang kawan lainnya, kamipun bergerak menuju kawasan kota tua Kalianget, dimana sebelumnya kami menyempatkan diri berziarah ke makam Adipati Sumenep, Panembahan Joharsari yang memerintah pada abad 14 M di Tanjung, Saronggi.

Tempat pertama yang dituju adalah lokasi pilbox yang terletak di sekitar perkampungan rumah penduduk, yang posisi tepatnya persis di belakang Bangunan Kantor Pelindo III Kalianget. Bagunan berbentuk bulat dengan diameter kurang lebih 1.7 meter ini ini pernah kita diperbincangkan dalam forum komunitas Songennep Tempo Doeloe.

Menurut penuturan, sejarawan Sumenep, Tadjul Arifien R, Pillbox (banker) ini sempat digunakan oleh para pejuang pra kemerdekaan untuk mempertahankan Kawasan perairan Sumenep guna menghalau para penjajah yang akan kembali menguasai Sumenep pasca agresi meliter I kala itu.

Dalam situs Benteng Indonesia dijelaskan bahwa Pillbox di Kalianget ini terdiri dari 3 buah.

The first pillbox (07 3' 12,30" S - 113 56' 12,60" E) has one entrance on its south side and it has dimension of 0.8 x 0.8 m. The pillbox has 4 loops measured 0.2 x 1 m each. On top there's a ventilation hole which made of iron. The height of the pillbox from the ground level is 2 m. The second pillbox (07 3' 17,50" S - 113 56' 43,20" E) has three loops and one entrance. The third pillbox had one entrance and three loops.

Bangunan ini sendiri lokasinya memang diletkkan pada bibir-bibir pantai perairan yang dianggap strategis. Sayangnya saat ini kondisinya sudah berbalik arah dan dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah oleh masyarakat sekitar lokasi.

Setelah puas dengan mendokumentasikan seluruh objek yang satu ini. kami selanjutnya bergerak menuju lokasi bangunan pertahanan selanjutnya yang lokasinya tak jauh dari PELINDO III tepatnya disebelah belakan Kantor Pos Kalianget. Bangunan ini oleh masyarakat sekitar disebut Binteng.

Bangunan ini ternyata difungsikan sebagai daerah perhananan Belanda jika ada serangan dari laut selat Madura, dan masuk akal pula, kondisi lokasinya tak kurang dari 100 meter dari bibir pantai dan letak posisi tanahnya cukup tinggi dan kalau kita memandang lurus ke depan akan berhadapan langsung dengan laut selat Madura tersebut.

Dibangunan ini terdapat dua ruang yang berbentuk lengkung dan bisa jadi difungsikan untuk meriam-meriam ditempatkan serta satu ruang banker diatasnya sebagai tempat perlindungan. untuk menuju banker sendiri ada tangga yang menghubungkannya, maklum tak ada pintu untuk menuju ruang tersebut dan untuk melaluinya ada lah sebuah lubang persegi ukuran 0.75 meter x 0,75 m.

Untuk selanjutnya kita menuju daerah pertahanan milik Belanda yang lainnya, Yaitu Benteng Kalimo'ok yang berada tak jauh dari Bandara Trunojoyo.















Lokasi: See on Google Map

Leave a respond

Posting Komentar